Penampakan Bunda Maria Di Rue du Bac, Perancis (Tahun 1830)

" OUR LADY OF THE MIRACULOUS MEDAL "

Penampakan Bunda Maria kepada St.Katarina Laboure

Penampakan kepada : St Katarina Laboure

Penampakan pertama : 18 Juli 1830
Penampakan terakhir : 27 November 1830
Jumlah penampakan : 2 kali
Tempat penampakan : Paris, Perancis

Diselidiki oleh gereja : Tahun 1836
Diakui Vatikan : 13 Juli 1836
Oleh : Uskup Agung Louis de Quélen


Zoe Laboure dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1806 di Fain-les-Moutiers, Perancis. Ia adalah anak kesembilan dari sebelas orang putera-puteri keluarga Pierre dan Louise Laboure. Kesebelas anak itu terdiri dari delapan orang putera dan tiga orang puteri. Pierre Laboure seorang terpelajar yang menjadi petani yang sukses. Ketika Zoe berusia sembilan tahun, ibunya meninggal dunia. Zoe sangat sedih kehilangan ibunya, ia masuk ke kamarnya, berlutut di bawah patung St. Perawan Maria dan berdoa, “Bunda Maria, sekarang engkaulah ibuku.”

Tak lama setelah ibunya meninggal, Marie-Louise, kakak perempuan Zoe, masuk Kongregasi Suster Puteri-Puteri Kasih. Oleh karena itu Zoe dan Tonine, adik perempuannya, harus tinggal di rumah untuk membantu ayahnya mengatur rumah tangga dan mengerjakan sawah. Karena tugas-tugasnya itu, Zoe menjadi satu-satunya anak di keluarga Laboure yang tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah. Ia tidak dapat membaca dan menulis.

Sejak Zoe menerima komuninya yang pertama pada tahun 1818, setiap hari ia bangun pukul empat pagi, berjalan beberapa mil untuk mengikuti Misa dan berdoa di gereja. Sama seperti kakaknya, Zoe juga mempunyai keinginan yang kuat untuk masuk biara, tetapi keinginannya itu ditahannya karena tenaganya masih dibutuhkan di rumah.

Ketika usianya sembilan belas tahun Zoe mendapat mimpi yang aneh. Dalam mimpinya, ia sedang berdoa di gereja di Fains. Seorang imam tua mempersembahkan Misa. Ketika Misa telah selesai imam tua itu menunjuk kepada Zoe dengan jarinya. “Anakku,” katanya, “Merawat orang-orang sakit adalah perbuatan yang baik. Suatu hari kelak engkau akan datang kepadaku. Tuhan telah memanggilmu untuk itu. Janganlah engkau lupa.”

Pada tahun 1828 Zoe berusia dua puluh dua tahun dan Tonine dua puluh tahun. Sekarang Tonine sudah bisa menggantikan kedudukannya mengurus rumah tangga. Tibalah saatnya bagi Zoe untuk berbicara kepada ayahnya mengenai panggilan hidupnya. Pierre berusaha mencegah keinginan puterinya, maka ia mengirim Zoe ke Paris untuk tinggal bersama Charles, kakaknya yang telah menikah.

Suatu hari Zoe mengunjungi Biara Suster Puteri-Puteri Kasih. Ia melihat lukisan terpampang di dinding. Lukisan seorang imam tua - imam yang mengunjunginya dalam mimpi di Fains. Zoe bertanya siapakah imam itu. “Pendiri kongregasi kami, Santo Vinsensius de Paul.” (St. Vinsensius de Paul telah wafat 200 tahun yang lalu!) Jadi, itulah rencana Tuhan.

Pada bulan Januari 1830 Zoe menjadi seorang postulan (postulan: masa percobaan, persiapan masuk biara) di Biara Suster Puteri-Puteri Kasih di Catillion-sur-Seine. Tiga bulan kemudian ia dikirim sebagai novis (Novis: biarawan/biarawati yang sedang menjalani masa percobaan sebagai latihan rohani sebelum mengucapkan kaul biara) ke Biara Suster Puteri-Puteri Kasih di Rue de Bac, Paris. Zoe memilih nama Katarina.

Pada hari Rabu, 21 April 1830, Katarina sampai di Paris dan diterima di Biara Suster Puteri-Puteri Kasih, di jalan Rue de Bac 132. Rumah sangat besar itu dihuni oleh 150 suster dan novis. Jumlah novis sendiri melebihi 100 orang. Beberapa hari setelah masuk Biara, Katarina dapat menyaksikan peristiwa besar di Paris, yaitu perarakan pemindahan jasad St. Vinsensius dari Gereja Katedral ke Gereja Saint- Lazare, rumah induk para pastor CM (Congregatio Missionis / Kongregasi Misi). Upacara keagamaan itu dipimpin oleh utusan Paus dan disaksikan oleh Raja Charles X dan massa besar umat Katolik. Perarakan itu dilaksanakan pada tanggal 25 April 1830. Semenjak saat itu mulailah Katarina memperoleh penampakan-penampakan luar biasa. Selama tiga hari berturut-turut ia mendapat penampakan hati St. Vinsensius di atas tempat reliqui St Vinsensius disimpan. Di lain waktu ia melihat Tuhan yang Maharahim di depan Sakramen Maha Kudus; penampakan seperti ini terjadi teristimewa pada waktu Misa di mana Tuhan akan menampakkan diri sesuai dengan bacaan liturgi pada hari itu.

St.Katarina Laboure
Pada tanggal 18 Juli 1830, menjelang Pesta St Vinsensius de Paul yang akan dirayakan keesokan harinya, seorang Suster Superior menceritakan kepada para novis keutamaan-keutamaan Pendiri Kongregasi mereka serta membagikan kepada mereka masing-masing sepotong kain dari jubah St. Vinsensius. Dengan sungguh-sungguh Sr Katarina memohon bantuan doa St Vinsensius agar ia diperkenankan memandang Bunda Allah. Kemudian Sr Katarina pergi tidur.

Saat pukul setengah dua belas malam terbangunlah Sr Katarina. Dengan jelas ia mendengar suara seseorang memanggil-manggil namanya hingga tiga kali, “Suster Laboure!” Tampaklah seorang anak kecil kira-kira berumur empat atau lima tahun yang berkata kepadanya, “Mari kita pergi ke gereja, Santa Maria menunggumu.”

Sr Katarina menjawab: "Kita akan ketahuan."

Anak itu tersenyum, "Jangan khawatir, sekarang ini jam setengah dua belas, semua orang sudah tidur ...ayolah, aku menunggumu."

Sr Katarina segera bangkit dan bersiap-siap lalu pergi bersama anak itu yang selalu ada di sebelah kirinya dengan memancarkan sinar yang terang benderang. Pintu kapel yang terkunci langsung terbuka oleh sentuhan anak kecil itu. Sr Katerina amat takjub: di dalam gereja semua lilin dan lampu telah menyala, seolah-olah akan dipersembahkan Misa tengah malam. Anak itu menuntunnya ke altar. Kira-kira setengah jam lamanya Sr Katarina berlutut di sana, ketika tiba-tiba terdengar olehnya gemerisik gaun sutera. Anak itu berbisik, “Santa Maria ingin berbicara kepadamu”.

Di sebelah altar turunlah Santa Maria. Setelah berlutut di hadapan tabernakel, Bunda Maria duduk di kursi Pastor. “Dengan satu langkah saja,” kata Sr Katarina, “aku berada di dekatnya. Tanganku bertumpu di atas lutut Santa Maria. Itulah saat yang paling membahagiakan dalam hidupku.”
Santa Maria berbicara, "Anak ku, Allah yang baik ingin mempercayakan kepada mu sebuah tugas." Dia mengatakan kepada Sr Katarina bahwa ia harus bertahan atas cobaan didalam menjalankan tugas, tapi ia akan memiliki penghiburan karena mengetahui bahwa dia bekerja untuk kemuliaan Allah. Allah akan bersama dengan dia dan akan membimbingnya. "Yakinlah. Jangan takut," Tugas tersebut akan terungkap di lain waktu.

Santa Perawan Maria mengatakan kepada Sr Katarina bahwa ia mencintai Komunitas Vinsensian dan berjanji untuk melindungi mereka, tapi dia mengeluh dan mendesak bahwa mereka harus lebih ketat lagi untuk taat kepada peraturan Allah, lebih bersemangat lagi di dalam berdoa, terutama doa Rosario, dan mengurangi keinginan duniawi di dalam hidup mereka.

Santa Maria melanjutkan, "Kali ini duka dan kejahatan akan menimpa Perancis;... Takhta akan digulingkan, salib akan dilempar ke bawah dan diinjak. Uskup Agung akan dilucuti pakaiannya. Darah akan mengalir di jalan-jalan. Lambung Tuhan kita akan ditikam kembali. Seluruh dunia akan menderita kesengsaraan." Santa Maria sangat sedih dan hampir tidak bisa bicara saat ia mengatakan hal ini. Tapi seolah-olah memberikan obat, ia menunjuk ke arah kaki altar dan berkata, "Datanglah ke kaki altar. Rahmat akan diberikan bagi mereka semua yang memintanya. Rahmat akan diberikan terutama bagi mereka semua yang memintanya."

Santa Maria menjelaskan duka dan kesengsaraan lainnya yang akan datang, "Akan ada korban dari dalam komunitas lain dan di antara para imam. Uskup Agung Paris akan dibunuh. Seluruh dunia akan berada dalam kesedihan." Dan dia memberi tahu Sr Katarina bahwa beberapa hal akan berlangsung segera, dan hal hal lainnya akan terjadi dalam jangka waktu empat puluh tahun.

Perkataan Bunda Maria menjadi kenyataan. Minggu berikutnya, pada tanggal 27 Juli 1830, sebuah revolusi pecah di Paris. Raja Charles X, digulingkan. Massa menodai gereja, menghancurkan patung-patung dan melemparkan salib dan menginjak-injaknya. Uskup dan imam dipenjara, dipukuli dan dibunuh. Uskup Agung Hyacinth de Quelen dari Paris harus melarikan diri untuk bersembunyi dua kali demi menyelamatkan hidupnya.

Dalam revolusi lain, pada tahun 1848, Raja Louis Philippe digulingkan dan pergi ke pengasingan. Uskup Agung Affre Paris ditembak ketika mencoba untuk memohon perdamaian.

Kemudian empat puluh tahun kemudian, pada bulan September 1870, Kaisar Louis Napoleon III digulingkan melalui Perang Perancis-Prusia. Enam bulan kemudian sebuah revolusi pecah di Paris. Revolusi ini hanya berlangsung selama dua bulan; tapi sebelum itu berakhir, penderitaan dan kesengsaraan yang telah dikatakan oleh Bunda Maria menjadi kenyataan. Banyak gereja di Paris yang dinodai, termasuk gereja terhormat "Our Lady of Victories". Benda benda suci dicemarkan di depan umum. Bahkan kuburan dan mayat-mayat pun tak luput. Banyak imam, baik diosesan dan keagamaan ditangkap; dan akhirnya tiga puluh orang dari mereka dieksekusi, termasuk Uskup Agung Darboy. Sesuai dengan janji Santa Perawan, Komunitas Vinsensian diselamatkan, meskipun para suster harus melalui saat-saat yang sangat menakutkan.

Setelah mengungkapkan peristiwa ini ke Sr Katarina pada tahun 1830, Santa Perawan Maria berbicara dengannya tentang banyak hal lain untuk Sr Katarina sendiri. Kemudian Santa Maria menghilang. Setelah Santa Maria pergi, anak kecil itu mengantarkan Sr Katarina kembali ke ruang tidur. Terdengarlah lonceng berbunyi dua kali tetapi Sr Katarina tidak dapat tidur lagi.

Tanggal 27 November 1830 jam setengah enam sore, Sr Katarina dan para suster pergi ke Kapel untuk bermeditasi. Samar-samar terdengar gemerisik gaun sutera. Sr Katarina mengarahkan pandangannya ke altar dan di sana ia melihat Santa Perawan Maria berdiri di atas sebuah bola besar. Gaun sutera Maria bersinar kemilau. Kerudung putihnya panjang hingga ke kaki. Di bawah kerudung kepalanya, ia mengenakan sehelai renda untuk mengikat rambutnya. Sebuah bola emas dengan salib di atasnya ada ditangannya. Santa Maria menengadah mohon berkat Tuhan bagi benda itu. Lalu tampaklah pada jari-jemarinya cincin permata yang beraneka warna dan sangat indah. Permata ini memancarkan sinar gilang-gemilang. Limpahan kemulian demikian terang hingga bola besar tempat Maria berpijak tidak tampak lagi. Sr Katarina mengerti bahwa sinar cahaya melambangkan rahmat yang dilimpahkan bagi mereka yang mencarinya; mutiara-mutiara di jari-jemari Bunda Maria yang tidak memancarkan sinar melambangkan rahmat bagi jiwa-jiwa yang lupa memintanya. Kemudian bola itu menghilang. Tangan Maria terentang ke bawah dan terbentuklah suatu bingkai yang lonjong dengan kata-kata mengelilingi kepalanya: “O Maria, yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”

Santa Perawan Maria berkata, “Inilah lambang karunia yang kulimpahkan kepada orang-orang yang memintanya kepadaku. Suruhlah membuat sebuah medali menurut bentuk ini. Barangsiapa mengenakannya akan menerima karunia yang besar, terutama jika medali ini dikenakan pada lehernya.” Kemudian berbaliklah gambar tersebut dan tampaklah gambar bagian belakang medali. Yaitu huruf “M” dengan sebuah salib di atasnya. Huruf M terletak di atas sebuah salib di mana di bawahnya terdapat dua buah hati. Hati yang pertama dilingkari mahkota duri - hati Yesus. Hati yang kedua tertusuk pedang - hati Maria. Penjelasannya amat sederhana. Kita umat Kristen telah ditebus oleh Tuhan yang telah disalibkan di hadapan ibu-Nya, Maria Ratu Para Martir. Dua belas bintang mengelilingi penampakan tersebut.

Sr Katarina bertanya bagaimana ia dapat mengusahakan medali itu dibuat. Bunda Maria mengatakan bahwa ia harus pergi kepada Bapa Pengakuannya, Pastor Jean Marie Aladel karena: "Ia adalah hambaku." Setelah beberapa hari, Katarina melaporkan penampakan baru itu kepada Pastor Aladel (pembimbing rohaninya), yang menjawab demikian: “Fantasi belaka! Bila suster mau menghormati Maria, hayatilah keutamaan keutamaannya dan waspadalah terhadap khayalan". Pesan kasar itu memberi pukulan berat kepada Katrina. Namun dia merasa damai, karena sudah melakukan perintah Santa Maria. Dan sekarang dia mencoba melaksanakan perintah pembimbing rohaninya.

Namun bunda Maria tidak tunduk kepada Pastor Aladel. Pada bulan Desember berikutnya, di tempat dan jam yang sama, Maria menampakkan diri lagi kepada Sr Katarina, persis seperti pada penampakan sebelumnya. Sr Katarina mendapat pesan ini: “Engkau tidak akan melihat aku lagi; tetapi selama meditasi engkau mendengar suara saya.” Di tengah bermacam-macam kesibukan dan keprihatinan, Sr Katarina tidak melupakan pesan-pesan yang telah diterima dari Bunda Maria, khususnya mengenai medali. Sebetulnya, pesan itu sudah disampaikan kepada Pastor Aladel dan kita sudah tahu tanggapan pembimbing rohaninya. Sr Katarina merasa sudah melaksanakan perintah Bunda Maria. Tetapi suara bunda Maria bergema di dalam hatinya dan mendesak dia untuk segera bertindak.

Pada bulan Mei 1831, Katarina memberanikan diri lagi menyampaikan pesan Maria kepada Pastor Aladel, dalam kesempatan pengakuan dosa. Tetapi tanggapan pembimbing rohaninya itu tetap sama: "Jauhkanlah segala fantasi!". Setelah beberapa bulan terdesak oleh suara sang Bunda, Sr Katarina mencoba lagi, malah mengatakan kepada pembimbingnya bahwa Bunda Maria bersedih karena pesannya tidak dihiraukan. Kali ini Pastor Aladel menanggapinya dengan lebih serius, malah pesan itu dibicarakan dengan Uskup Agung Quelen. Ternyata Uskup Agung Quelen tidak berkeberatan. Uskup Agung Quelen berkata: “Tidak ada halangan apa pun untuk membuat medali itu, karena maknanya sesuai dengan ajaran Gereja". Pada bulan Maret 1832 medali dikerjakan oleh tukang emas bernama Vachette. Pada bulan Juni berikutnya, 1500 medali sudah siap dan Uskup Agung Quelen lah yang pertama-tama menerima satu medali.

Medali Wasiat
Ketika Sr Katarina menerima medalinya, ia berkata, "Sekarang medali ini harus disebarluaskan." Devosi kepada medali yang dianjurkan oleh Sr Katarina secara ajaib menyebar dengan cepat. Pertobatan dan mukjizat-mukjizat yang terjadi melalui Medali Santa Perawan Maria tak terhitung banyaknya. Sehingga, nama resmi yang diberikan kepada medali tersebut "Medali dari Yang Dikandung Tanpa Dosa" segera dilupakan orang. Mereka lebih suka menyebutnya Miraculous Medal (Medali Ajaib) atau di Indonesia disebut Medali Wasiat.

Pada tahun 1836 Komisi Khusus yang ditunjuk oleh Bapa Uskup Agung menyatakan bahwa penampakan Santa Perawan Maria di Kapel Biara Puteri-Puteri Kasih di 140 Rue du Bac, Paris, Perancis adalah benar.

Katarina melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara Enghien-Reuilly. Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya tidak diketahui oleh rekan-rekannya sebiara.

Pada tahun 1876 Sr Katarina merasakan adanya keyakinan batin bahwa ia akan meninggal sebelum akhir tahun berlalu. Menjelang kematiannya, Sr Katarina berusaha melaksanakan permintaan St Perawan Maria yang terakhir yaitu agar sebuah patung Maria dibuat. Baru pada saat itulah Sr Katarina membuka rahasianya dan menceritakan segala sesuatunya kepada Suster Superior (Superior: Pembesar Biara).

Pada tanggal 31 Desember 1876 Sr Katarina meninggal dunia. Suster Superior menceritakan segala rahasia yang telah dipendam demikian lama oleh Sr Katarina kepada para suster Puteri-Puteri Kasih, yang dengan terkagum-kagum baru menyadari bahwa seorang kudus telah tinggal bersama mereka. Pemakaman Sr Katarina adalah pemakaman yang penuh dengan pesta dan sukacita. Segala lagu sedih dan dukacita diganti dengan lagu-lagu gembira dan ucapan syukur: bagi Sr Katarina, bagi Santa Perawan Maria dari Medali Wasiat, dan bagi Allah yang demikian Mengasihi kita.

Jenazah St.Katarina di dalam peti kaca di
Kapel Medali Wasiat, Paris
Pada tahun 1933, lima puluh tujuh tahun setelah Sr Katarina dimakamkan, makamnya dibongkar. Mereka mendapati jenasah Sr Katarina dalam keadaan segar sama seperti pada saat ia dimakamkan. Matanya tetap biru dan indah, kedua belah tangan dan kakinya lemas dan tidak kaku, seolah-olah ia sedang tidur. Jenasah Sr Katarina dibaringkan dalam peti kaca dan ditempatkan dekat altar Kapel di 140 Rue du Bac, Paris, tempat di mana Bunda Maria menampakkan diri kepadanya.

Sr Katarina dibeatifikasi pada 28 Mei 1933 oleh Paus Pius XI dan dikanonisasi pada tanggal 27 Juli tahun 1947 oleh Paus Pius XII. Pestanya dirayakan pada tanggal 28 November, sehari setelah Pesta Santa Perawan Maria dari Medali Wasiat.


Untuk doa novena medali wasiat dapat dilihat disini.


Sumber :
http://yesaya.indocell.net
http://www.marys-touch.com
http://dedijay.blogspot.co.id
http://www.miraclehunter.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar