Penampakan Bunda Maria Di Siluva, Lithuania (Tahun 1608)

" OUR LADY OF SILUVA "

Penampakan Bunda Maria di Siluva, Lithuania

Penampakan kepada : 4 orang anak gembala

Penampakan pertama : Tahun 1608
Penampakan terakhir : Tahun 1612
Jumlah penampakan : Banyak kali
Tempat penampakan : Siluva, Lithuania

Diselidiki oleh gereja : Tahun 1612
Diakui Vatikan : 17 Agustus 1775
Oleh : Paus Pius VI


Apa yang sekarang kita kenal sebagai Lithuania pertama kali muncul di bawah pemerintahan Mindaugas, Grand Duke pertama di Lituania. Mindaugas pada awalnya memerintah Lithuania Timur, yang kemudian dikenal sebagai Duchy of Lithuania, melalui aliansi politik dan militer dengan Ordo Livonia dan kemenangan melawan para bangsawan lainnya. Ordo Livonia adalah sub ordo semi otonom dari Ksatria Teutonic, sebuah Ordo Katolik Roma Jerman yang juga bertugas sebagai pasukan Perang Salib. Pada tahun 1250 atau 1251, Mindaugas adalah bangsawan pertama yang memiliki kekuatan untuk menyatukan Balts dan menjadi Grand Duke.

Pada tahun 1251, Mindaugas dibaptis ke dalam Gereja Katolik, dan seluruh Lithuania menerima Katolik untuk pertama kalinya. Tapi itu bukan berarti sejak saat itu terjadi kedamaian dan ketenangan, Konflik terus berlanjut, dan seperti lazimnya sifat manusia, intrik politik dan perubahan aliansi pada waktu yang berbeda membuat Mindaugas benar-benar berperang melawan Ksatria Teutonik. Dia dikabarkan telah kembali memeluk aliran Paganisme untuk beberapa saat. Perang terus terjadi sampai tahun 1410, ketika Ksatria Teutonik dikalahkan oleh Vytautas the Great. Sejak saat itu, ajaran Katolik kembali mulai menyebar dan mendapatkan hati semua orang Lituania.

Ikon Bunda Maria yang menggendong
Kanak Kanak Yesus
Ada seorang bangsawan Lithuania yang sangat beriman bernama Petras Giedgaudas yang memiliki devosi khusus untuk Bunda Maria. Giedgaudas adalah seorang penasihat dan seorang diplomat yang melayani Vytautas Agung. Dialah yang membangun gereja pertama di Siluva pada tahun 1457 dan dipersembahkan untuk Nativity (yang berarti kelahiran) Santa Perawan Maria. Di Roma, Giedgaudas memperoleh sebuah ikon cantik Bunda Maria yang menggendong Kanak Kanak Yesus, yang ia bawa dan pasang ke kapel Siluva. Para peziarah berdatangan ke Kapel Siluva dari seluruh penjuru Lithuania, Prusia dan negara-negara tetangga lainnya untuk Perayaan Hari Raya Kelahiran Santa Perawan Maria. Kapel ini pun menjadi situs ziarah Katolik. Pada masa itu, ziarah adalah tindakan utama penebusan dosa dan tanda iman, dan seiring meningkatnya agama Katolik, tempat ziarah ini menjadi semakin populer.

Pada abad ke-16 perang Reformasi Kristen sampai di Lituania, dan Calvinisme menguasai wilayah sekitar Siluva. Tapi peziarah Katolik terus datang ke Kapel Siluva, bahkan di bawah ancaman yang meningkat dari para Calvinist. Melihat apa yang akan terjadi, pastor paroki, Pastor Honas Holubka, mengumpulkan dokumen-dokumen gereja yang penting, termasuk ikon Bunda Maria dan Kanak Kanak Yesus, memasukkan mereka ke dalam kotak logam dan menguburkannya. Sebagai upaya untuk menghancurkan keimanan orang-orang Katolik, para Calvinist menghancurkan kapel dan meratakannya dengan tanah. Bertahun-tahun kemudian umat Katolik setempat berusaha memperoleh kembali kepemilikan legal atas tanah yang disita, termasuk tanah tempat kapel berada, tetapi tidak berhasil karena mereka tidak memiliki dokumen yang menunjukkan kepemilikan atas tanah tersebut.

Pada tahun 1608, sekitar 80 tahun setelah kapel tersebut dibongkar, ada anak-anak gembala sedang menggembalakan dombanya di tanah bekas kapel itu berada. Mereka tiba-tiba terpaku melihat seorang wanita menangis, berdiri di atas batu dan menggendong seorang Bayi. Dia tidak berbicara, dia menangis, lalu dia menghilang. Salah satu anak berlari ke katekis Calvinist setempat dan menceritakan kepadanya tentang wanita yang menangis, dan dia tidak dipercaya. Anak-anak yang lain semua memberi tahu orang tua mereka, dan segera ada keributan, dan kerumunan orang berkumpul di tempat itu. Katekis Calvinist, dan seorang guru yang lain bernama Saliamonas juga pergi ke tempat itu.

Penglihatan itu muncul lagi, seorang wanita yang menangis, berdiri di atas batu yang sama, menggendong Bayi. Katekis itu bertanya mengapa dia menangis. Dia menjawab, "Ada saat ketika Putera kesayangan saya disembah oleh umat saya di tempat ini. Tapi sekarang mereka telah memberikan tanah suci ini kepada para pembajak dan binatang untuk merumput." Kemudian dia menghilang. Berita tentang penampakan kedua ini menyebar lebih cepat dari pada yang pertama, dan segera seluruh pedesaan menjadi gempar.

Berita tentang penampakan itu sampai di telinga seorang buta berusia 100 tahun, yang masih mengenang Pastor Holubka, dan yang telah ikut mengubur kotak logam di samping batu besar itu. Orang-orang membawanya ke lokasi, dan ketika dia sampai di sana, penglihatannya dipulihkan secara ajaib. Karena bersyukur kepada Tuhan, dia menunjukkan tempat di mana kotak logam itu dikuburkan. Kotak logam itu pun digali dan dibuka, dan kotak itu berisi lukisan besar Bunda Maria yang menggendong Kanak Kanak Yesus, piala, jubah liturgi pastor dan banyak dokumen, termasuk akta kepemilikan tanah gereja yang asli.

Basilika Kelahiran Santa Perawan Maria
Orang-orang Lituania segera mulai kembali ke iman Katolik, termasuk banyak pengikut Calvinist yang menduduki posisi berkuasa. Dengan akta asli kepemilikan tanah gereja yang sekarang ada di tangan, tanah tersebut pada akhirnya dikembalikan secara sah kepada orang-orang Katolik dalam sebuah keputusan pengadilan pada tahun 1622. Sebuah gereja kayu didirikan di tempat tersebut dan kegiatan ziarah pun kembali dimulai, terutama pada Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria yang termasyhur. Lebih banyak mukjizat mulai terjadi, dan mukjizat ini pun dikaitkan dengan ikon di Kapel tersebut.

Tsar Rusia menduduki Lithuania selama abad ke-19 dan mencoba untuk memaksa kepercayaan Ortodoks Rusia pada penduduk disana. Tidak hanya Katolik, tapi bahkan bahasa Lithuania pun dilarang. Tapi orang-orang Lithuania mempertahankan agama, bahasa dan budaya mereka secara sembunyi sembunyi. Ziarah pun tetap berlanjut, meski dilakukan secara tidak mencolok. Ziarah mencapai titik tertinggi antara perang dunia pertama dan perang dunia kedua. Tentu saja, perang dunia kedua menghancurkan Lithuania, dan meninggalkannya di bawah dominasi komunis yang brutal.

Pertama Kalvinisme, kemudian Tsar Rusia, lalu komunis-atheis berusaha menghancurkan iman Katolik Roma di Lituania. Mereka semua gagal. Ziarah tetap berlanjut. KGB melakukan semua yang mereka bisa untuk mencegah para peziarah. Mereka bahkan pernah menyatakan tersebarnya wabah penyakit sebagai alasan untuk menutup semua jalan ke Siluva. Di kemudian hari, Uni Soviet pun akhirnya runtuh sendiri.

Pada tahun 1991 Kardinal Vincentas Sladkevicius dan Vytautas Landsbergis, Ketua Parlemen, di Siluva, menandatangani sebuah undang-undang yang menguduskan Lituania kepada Santa Perawan Maria.


Sumber :
http://www.catholicamericanthinker.com
http://www.miraclehunter.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar